Pengendalian dan Operasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Provinsi Bali menunjukkan ada sekitar 56 desa di Bali rawan banjir. Daerah-daerah itu tersebar di beberapa wilayah, termasuk di kawasan wisata Kuta dan Jimbaran
“Berdasarkan hasil evaluasi kejadian dari tahun ke tahun, maka kami menetapkan peta kawasan rawan banjir di Bali. Hasilnya menunjukkan, ada 56 desa di Bali rawan bencana. Bahkan, sebagian besar dari jumlah tersebut diklasifikasi dengan kerawanan banjir yang tinggi,” kata Kepala Pusdalops PB Provinsi Bali, Putu Anom Agustina, di Denpasar hari ini.
Dari 56 desa rawan banjir tersebut, jumlah terbanyak berada di Kabupaten Buleleng yakni, 33 desa dari 8 kecamatan. Kabupaten Jembrana sebanyak 7 desa dan Badung 6 desa. Sementara itu, Kota Denpasar juga sangat berpotensi dilanda banjir. Ada 10 desa di ibukota provinsi Bali ini yang rawan terendam air. Bahkan, tempat-tempat wisata juga terancam banjir.
"Khusus untuk Kota Denpasar dan Badung, potensi banjir justru terjadi di beberapa pusat pariwisata dan pemerintahan seperti di kawasan wisata Kuta dan Jimbaran," kata Anom.
Bila banjir tiba, katanya, air akan menggenangi ruas jalan provinsi dan jalan kabupaten karena struktur jalan yang cekung dan drainase yang kurang bagus. "Dinas PU Bali sudah melakukan survei, namun belum selesai," katanya.
"Tetapi yang perlu diketahui adalah kami sudah memetakan jalur evakuasi berdasarkan pemetaan daerah banjir serta sudah ada Linmas yang akan selalu siaga selama 24 jam di sekitar lokasi," lanjut Anom.
Sungai Dangkal
Di Kabupaten Buleleng dan Jembrana, penyebab banjir didominasi oleh dangkalnya sungai, banyaknya pemukiman di daerah hulu sungai, penyempitan saluran sungai, dan lokasi sawah yang lebih tinggi dari pemukiman atau jalan raya.
Selain itu, penyebab banjir ditengarai akibat perambahan hutan serta alih fungsi lahan dari lahan hutan menjadi tanaman umur pendek seperti sayur-sayuran dan bunga serta tanaman palawija lainnya.
Akibatnya, daerah resapan air berkurang sehingga bila hujan tiba seluruh air akan mengaliri sungai, bahkan ada yang meluap hingga ke rumah-rumah penduduk. (ren)
Laporan: Bobby Andalan l Bali
• VIVAnews
“Berdasarkan hasil evaluasi kejadian dari tahun ke tahun, maka kami menetapkan peta kawasan rawan banjir di Bali. Hasilnya menunjukkan, ada 56 desa di Bali rawan bencana. Bahkan, sebagian besar dari jumlah tersebut diklasifikasi dengan kerawanan banjir yang tinggi,” kata Kepala Pusdalops PB Provinsi Bali, Putu Anom Agustina, di Denpasar hari ini.
Dari 56 desa rawan banjir tersebut, jumlah terbanyak berada di Kabupaten Buleleng yakni, 33 desa dari 8 kecamatan. Kabupaten Jembrana sebanyak 7 desa dan Badung 6 desa. Sementara itu, Kota Denpasar juga sangat berpotensi dilanda banjir. Ada 10 desa di ibukota provinsi Bali ini yang rawan terendam air. Bahkan, tempat-tempat wisata juga terancam banjir.
"Khusus untuk Kota Denpasar dan Badung, potensi banjir justru terjadi di beberapa pusat pariwisata dan pemerintahan seperti di kawasan wisata Kuta dan Jimbaran," kata Anom.
Bila banjir tiba, katanya, air akan menggenangi ruas jalan provinsi dan jalan kabupaten karena struktur jalan yang cekung dan drainase yang kurang bagus. "Dinas PU Bali sudah melakukan survei, namun belum selesai," katanya.
"Tetapi yang perlu diketahui adalah kami sudah memetakan jalur evakuasi berdasarkan pemetaan daerah banjir serta sudah ada Linmas yang akan selalu siaga selama 24 jam di sekitar lokasi," lanjut Anom.
Sungai Dangkal
Di Kabupaten Buleleng dan Jembrana, penyebab banjir didominasi oleh dangkalnya sungai, banyaknya pemukiman di daerah hulu sungai, penyempitan saluran sungai, dan lokasi sawah yang lebih tinggi dari pemukiman atau jalan raya.
Selain itu, penyebab banjir ditengarai akibat perambahan hutan serta alih fungsi lahan dari lahan hutan menjadi tanaman umur pendek seperti sayur-sayuran dan bunga serta tanaman palawija lainnya.
Akibatnya, daerah resapan air berkurang sehingga bila hujan tiba seluruh air akan mengaliri sungai, bahkan ada yang meluap hingga ke rumah-rumah penduduk. (ren)
Laporan: Bobby Andalan l Bali
• VIVAnews